Masanya dari sejak allah ta’ala menciptakan Adam a.s. dan menitipkan
anak keturunan di sulbinya yang penuh keberkatan, dari para generasi yg benar (ahlul-yamin)
dan generasi yg sesat ( ahlu-syimal). Mereka itu adalah orang-orang yang di
dalam kedua genggaman tangan Allah yang maha suci (sebagaimana bunyinya sebuah
Hadis Qudsi).
Allah s.w.t. telah mengeluarkan anak keturunan adam ini dari
tulang punggungnya, setelah Dia menetapkan mereka sekalian di situ, yaitu pada
hari Mitsaaq atau hari mengambil janji dari sekalian manusia untuk
mengakui keesaan dan ketuhanan allah s.w.t. dan momentum itu terjadi di lembah
Na’man, yaitu lembah yang dekat dengan Padang Arafah, sesuai dengan firman
Allah Ta’ala.
واذ اخذ ربك من بني آدم من ظهورهم
ذريتهم واشهدهم على انفسهم ألست بربكم, قالوا بلى شهدنا أن تقولوا يوم القيامة إنا كنا عن هذا غافلين . (الأعراف: 172)
“Dan ketika Tuhan kamu menjadikan keturan Adam dari punggungnya,
dan Tuhan mengambik kesaksian dari mereka dengan berkata: Bukan kah Aku ini
Tuhan kamu ?” mereka
menjawab : betul kami bersaksi engkaulah tuhan kami’. (Kami lakukan yg demikian
itu ) agar dihari kiamat kamu tidak mengatakan : “sesungguhnya kami (bani adam)
adalah orang-orang yang lalai terhadap ini (keesaan tuhan) (Al-A’raf:172)
Dan seterusnya bacalah lagi ayat-ayat yang berikutnya pula.
Di
dalam khabar, atau atsar tersebut suatu riwayat, bahwasanya Allah s.w.t. setelah
mengambil perjanjian dari keturunan adam a.s. dituliskanNya bagi mereka suatu
catatan, lalu disimpankanNya pada Hajarul-aswad (Batu Hitam). Sebab itulah para
Haji ketika mencium Hajarul-aswad setelah selesai tawaf di baitul-atiq (Ka’bah),
membaca bacaan berikut:
اللهم ايمانا بك ووفـاء بعهدك وتصديقا بكتابك.
“Ya Allah! YaTuhanku! Ini adalah sebagai memenuhi
keimanan denganMu, dan sebagai menunaikan janjiku kepadaMu, dan sebagai
mempercayai kepada ketabmu”
Tiada keraguan lagi, bahwa pengakuan ini menunjukan bahwasanya
anak keturunan adam terdapat perwujudan, pendengaran dan percakapan , akan
tetapi mereka berada di dalam peringkat lain dari peringkat-peringkat perwujudan.
Jelaslah perkara itu berlaku bukan pada peringkat ujud sekarang yang di dunia
ini, karena peringkat-peringkat ujud itu banyak, sebagaimana yang telah di
katakan oleh ahli-ahli yang mengatahui mengenainya.
Pernah di riwayatkan bahwa Rasulullah s.a.w.berkata:
Baginda telah menjadi Nabi, sedang Adam masih berada dalam peringkat antara air
dan tanah, dan antara roh dan jasad.Dan bahwasanya baginda berada bersama Adam
ketika nabi saw diturunkan ke dunia dan nabi saw bersma nabi nuh ketika menaiki
perahu dan nabi saw bersama nabi ibrahim, ketika beliau di lemparkan ke dalam
api pembakaran Raja Namrudz. Meskipun perkara ini umum berlaku pada sekalian
anak keturunan Adam yang menetap pada sulbi para nabi tersebut alihimus-shalatu
was-salam.Akan tetapi bagi zat Rasulullah s.a.w.sendiri ujud yang lebih lengkap
dan sempurna. Hal itu mungkin di ketahui
o leh baginda dan di rasakannya sendiri ketika berlaku, sehingga baginda di
lahirkan di dalan duniawi ini.
Kata-kata baginda seperti di atas tadi menunjukan
kelebihan baginda dari selain manusia, sebagai seorang manusia yang telah di
beri keutamaan, dan agamanya juga turur menjadi utama lantaran keutamaan yang
di sanjungnya. Adapun zuriat-zuriat yang lain, tidak mustahil boleh merasakan
hal-hal yang serupa ketika dalam peringkat umur itu, terutama sekali pada masa
mengambil janji kepada Tuhan di ‘Yaumil Mitsaq’ (Hari mengambil Janji),
akan tetapi ingatan di hari itu sudah tidak ada lagi dalam pengetahuan atau
perasaan mereka, sebagaimana ianya tetap dan kekal pada diri baginda Rasulullah
s.a.w.
Komentar